Spread the love

Pontrennurulhudaokut.or.id- Mbah Kyai Affandi adalah salah satu figur tokoh Nahdlatul Ulama Sumatera Selatan. Meskipun merupakan elit NU dan deklarator PKB di Sumsel, Kyai Affandi tetaplah mensyukuri dirinya sebagai “anake wong tani utun”. Wakil Rais Syuriyah PWNU Sumsel ini sangat menyadari dirinya yang bukan keturunan kyai. Namun, justru hal itulah yang menarik masyarakat terutama di Desa Sukaraja untuk mengikuti langkah Beliau.

Sebagai alumni pertama Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Subulussalam Sriwangi dan warga OKU Timur pertama di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Kyai Affandi memilih bersikap lentur dalam menghadapi beratnya perjuangan merintis dan mendirikan Pondok Pesantren Nurul Huda Sukaraja. Hal yang paling utama adalah kemampuan untuk merangkul dan bergaul dengan banyak orang. Tanpa membedakan apa dan siapa mereka. Tetapi mengajak mereka untuk melakukan kebaikan bagi lingkungan.

Rais Syuriyah PCNU OKU Timur pertama ini kelahiran Desa Gumelar, Kecamatan Balung, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur tahun 1949. Dari usia 5 tahun telah mengikuti keluarganya menjadi peserta program transmigrasi ke Palembang (Belitang). Keluwesan sikap hidup berorientasi pengabdian ini telah dicontohkan oleh Kyai Affandi salah satunya ketika mengabdi di Perguruan Muhammadiyah. Tahun 1978, setelah ” boyong” dari Lirboyo, Kyai Affandi sempat diajak mengabdi sebagai guru Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Muhammadiyah di Desa Tegal Rejo. Dimana Pak Pardiman, selaku Kepala yang mengajak langsung Kai Affandi mengabdi di sekolah tersebut.

Hubungan Kyai Affandi dengan elit Muhammadiyah OKU Timur satu ini begitu kuat. Karena selain tetangga desa dengan Desa Trimoharjo, tempat tinggal Kyai Affandi, keduanya sempat mendirikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Nurul Huda di dekat Desa Trimoharjo pada saat itu. Namun, sekolah ini tutup karena tidak ada siswa yang masuk.

Meskipun sekolah tidak dapat diteruskan, hubungan Kyai Affandi dengan Pak Pardiman malah semakin kuat. Ini dibuktikan dengan dihibahkannya oleh Pak Pardiman tanah kepada Kyai Affandi. Dengan peruntukan pembangunan pesantren. Namun, setelah sempat dua kali digarap sawahnya oleh Kyai Affandi, lahan tersebut tidak jadi diteruskan karena terkena banjir. Lahan kemudian diserahkan kepada salah seorang kyai seperguruan Kyai Affandi di Sriwangi.

Langkah yang akseleratif, solutif dan integratif (ringkasnya tidak ekstrim) pada gerakan pendidikan model Kyai Affandi semakin berkembang. Hal itu terlihat ketika Kyai Affandi merintis madrasah diniyah bagi anak-anak di lingkungan tempat tinggal orang tuanya. Persisnya di Masjid Desa Trimoharjo. Dimana Kyai Affandi mengumpulkan murid-murid lulusan pengajian Al Qur’an di masjid itu dan mereka yang tidak mampu menamatkan sekolah dasar di lingkungan itu, untuk mengikuti program pendidikan diniyah yang akan diselenggarakan olehnya.

Hal itu terjadi pada tahun 1978, utamanya setelah Kyai Affandi menikahi Nyai Ummi Fadhilah. Kepada para muridnya itu, Kyai Affandi mengarahkan bahwa pendidikan diniyah yang diselenggarakan itu juga mungkin memposisikan mereka setara dengan teman-teman mereka yang belajar di sekolah umum atau formal. Mereka, dengan ketekunan sebagai bagian dari menggapai ridho Allah tentunya, akan dapat pula menggapai apa yang didapat oleh teman-teman mereka.

Dari mereka inilah kemudian muncul 14 orang santri putera dan puteri yang mengikuti Kyai Affandi hijrah dari Desa Trimoharjo ke Desa Sukaraja pada tahun 1980. Mereka inilah rombongan belajar angkatan pertama Pondok Pesantren Nurul Huda (PPNH) Sukaraja. Pendidikan diniyah yang telah dua tahun mereka ikuti, kemudian diteruskan empat tahun berikutnya di dalam kelembagaan PPNH Sukaraja. Sehingga pada tahun 1984, PPNH Sukaraja telah meluluskan santri yang dua di antaranya diantar oleh Kyai Affandi melanjutkan studi ke Lirboyo. Keduanya adalah Drs. H. Tasdiq, M.Pd., dan Drs. Iskandar.

Oleh: Dedy Mardiansyah, Ketua Organisasi Ikatan Alumni Pondok Pesantren Nurul Huda (IKANUHA) Sukaraja, Buay Madang, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT) Sumatera Selatan.

Artikel ini pernah dimuat dalam akun Facebook Asrama Sunan Kalijaga pada 30 Mei 2018.

Tinggalkan Balasan