Spread the love
Romo KH. Affandi, BA., pada saat memberikan pengarahan kepada pengelola YPPNH Sukaraja, waktu halal bihalal.

Pontrennurulhudaokut.or.id- Romo KH. Affandi menyerahkan posisi fungsional kepemimpinan YPPNH kepada dua zuriat. Yang pertama, kepada Keluarga besar KH. Sholeh Hasan (Alm), dalam hal ini kepada anak-anak Almarhum dan juga kepada keluarga besar KH.Affandi. artinya yang pokunya untuk meningkatkan otonomi, produktivitas, dan pemberdayaan, serta segala hal yang diinginkan yayasan, demi kebaikan bersama.

Sementara untuk kepemimpinan struktural ia serahkan kepada para Alumni PPNH, dan yang satu pintu, satu komando, dan satu frekuensi dengan PPNH Sukaraja atau pada Romo KH. Affandi.

Hal itu ia sampaikan pada saat acara halalbihalal kemaren yaitu Kamis,(12/05/2022) yang bertempat di Musholah Asrama Putri PPNH Sukaraja, Buay Madang, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan.

Bahkan saat ini di SK Kepengurusan YPPNH Sukaraja yang baru keluarga dua zuriat tersebut ditempatkan sebagai anggota dewan pembina yayasan. Sementara untuk dewan pengurus harian sebagian besar diisi oleh para Alumni PPNH Sukaraja.

Dalam kesempatan itu, ia menyatakan bahwa yang namanya mengurus sebuah lembaga, apalagi jika lembaganya itu besar dalam hal ini seperti Yayasan Pondok pesantren Nurul Huda. Tentu untuk yang mengurus itu tidak cukup hanya satu atau dua orang, tetapi membutuhkan banyak orang.

“Seperti apa yang sudah disampaikan oleh Busyro tadi, kalau yang tua menyayangi yang muda dan muda menghormati yang tua, baik dalam segi usia ataupun ilmunya. Kalau itu kita praktekkan kepada dua keluarga kita ini untuk mengurusi yayasan, tentu yayasan ini akan jauh kebih baik,” ujarnya menyinggung perkataan yang sudah disampaikan sebelumnya oleh Agus H. Imam Busyroh waktu memberikan sambutan.

Lalu ia juga menyampaikan bahwa warga YPPNH Sukaraja harus senantiasa waspada. Sebab timbalnya, yang namanya iblis, yang namanya setan itu selalu berusaha bagaimana manusia itu cerai-berai, dan bertengkar perkara. Lanjutnya, jadi jika kita tidak mudah memaafkan, tidak lapang dada, apalagi mengikuti ego masing-masing, ya sudah, akan hancur persatuan dan kesatuan itu.

“Tetapi kalau manusia itu mudah memaafkan, insyaallah semua akan selamat. Oleh karena itu untuk warga Pondok Pesantren Nurul Huda, baik itu dari keluarga besar Romo. KH. Sholeh Hasan dan keluarga saya sendiri. Ayoh sama-sama kita bangun rasa persatuan dan kesatuan diantara kita untuk mengurus dan mengelolah lembaga ini kearah yang lebih baik lagi,” ungkap pendiri PPNH Sukaraja tersebut di forum hahalbihalal.

Kerena menurutnya yang namanya manusia itu tabiatnya tidak sama. Untuk itu menusia sebagai mahluk tuhan, harus selalu lapang dada dan maaf-memaafkan atau memaklumi tabiat orang lain, agar persatuan mereka dapat terjaga. Oleh kerena itu lanjutnya, yang namanya peran orang tua itu sangat diperlukan untuk berbicara dan memberikan penjelasn akan suatu perkara anak-anaknya, supaya persatuan dan kesatuan mereka tetap erat.

“jadi diyayasan itu ya kita harus bersikap seperti itu, kalau kita tidak belas kasih, lapang dada, maka sudah lah akan hancur tulah. Karena yang manusia ya seperti itu, ada yang suka ngerumpi, membicarakan kejelekan orang lain, iri, dengki, dan itu memang kehendak Allah. Maka untuk itu Allah memberikan kita pegangan, yaitu berupa sikap suka memaafkan dan lapang dada,” jelasnya lagi.

Kemudia ia juga menjelaskan sedikit kisah perjuangannya ketika pertama kali masuk Desa Sukaraja. Ia mengatakan bahwa dulu ada orang yang mempunyai penyakit hasut seperti apa yang ia sampaikan itu. Dimana dahulu ia pernah difitnah seseorang dan bahkan sampai petugas Depag Batu Raja datang menemuinya, dan menyatakan bahwa kedatang beliau di Sukaraja itu mala bikin resah dan bikin kisru masyarakat. Dan menurutnya, penyakit seperti itu memang ada dan sengaja diciptakan oleh Allah. Padahal menurutnya keterangannya ia pergi ke Sukaraja itu karena diajak oleh pengurus masjid, bukan atas kemauannya sendiri. Untuk itu ia berkata semua hal harus dikembalikan kepada Allah.

“Kalau tidak kita kembalikan kepada Allah, sudah pasti keyakinan kita akan goyah bahkan akan timbul sikap putus asa,” ujarnya.

Oleh karena itu menurutnya manusia harus menyakini bahwa semua itu adalah kehendak Allah, dan tugas manusia hanya mengembalikan itu hanya kepada yang menciptakan dan menetapkan hal yang demikian. (Yandi)

Tinggalkan Balasan