Berazaskan Alqur`an-Hadists dan Pancasila serta Islam ahlusunah wal jamaah Assyafiyyah Annahdiyah.
BELITANG MADANG RAYA, NHMC – Banyak cara untuk memahami dan meningkatkan pembelajaran Kitab Kuni bagi santri. Salah satunya, melalui program Arba’in. Inilah yang dilakukan di Pondok Pesantren Nurul Huda 2, Tanah Merah, Kecamatan Belitang Madang raya, Kabupaten OKU Timur.
Program Arba’in ini sebenarnya bukan hal baru bagi dunia pesantren, khusunya di Pesantren Salafiyah yang ada di daerah Jawa. Tinggal bagaimana pesantren mampu mengaplikasikannya.
“Program arba’in adalah program dasar untuk memahami Kitab Kuning. Program ini, bertujuan untuk meningkatkan mutu para santri dalam mendalami Kitab Kuning,” ungkap Ustadzah di Pondok Pesantren Nurul Huda 2 Tanah Merah, Tri Rianti saat dibincangi NHMC di Aula Ponpes Jum’at (01/12/2023).
Menurutnya, program Arba’in ini adalah program pembelajaran Kitab Kuning yang tepat, jika diterapkan kepada santri di Pondok Pesantren Nurul Huda 2 Tanah Merah dengan metode menghafal.
Yang didalamnya lanjut Rianti, banyak mengandung materi tentang Nahwu dan Shorof, yang sangat menunjang santri terkhusus santri putri, untuk lebih mudah memahami Kitab Kuning. “Tidak begitu sulit memahami metode ini, tinggal bagaimana santri tekun menerapkannya,” imbuhnya.
Masih kata Rianti, tujuan paling mendasar dengan diadakannya program Arba’in ini adalah memudahkan santri mempelajari dan memahami kitab-kitab kuning. Baik tentang kitab-kitab kecil maupun kitab-kitab yang tinggi.
Perlu diingat tegas Rianti, ada beberapa faktor yang harus di terapkan agar program ini berjalan dengan lancar. Pertama kata dia, adanya guru yang mengajar, kedua adanya semangat belajar dari diri santri itu sendiri, dan yang ketiga yakni kecukupannya kitab Arba’in bagi santri. “Nah, beberapa faktor tersebut merupakan faktor pendukung dalam program ini,” terang Rianti.
Kemudian lanjut Rianti, apa dampak bagi para santri mengenai program ini? Salah satunya memberikan kemudahan bagi santri untuk memahami kitab kuning. Artinya dengan adanya program ini para santri berlomba-lomba untuk memahami Kitab Kuning dan meningkatkan SDM di pondok agar para santri terlatih dan bisa membaca kitab kuning atau kitab gundul dengan baik.
“Kita akui memang program ini belum berdampak besar bagi santri, tapi semuanya berproses. Baik dari segi SDM, waktu belajar hingga kedisiplinan santri itu sendiri dalam mengikuti program Arba’ini. Unutk itu, hal ini menjadi perhatian kami,” imbuh Rianti salah satu ustadzah yang tetap berusaha memberikan yang terbaik agar program ini berjalan dengan lebih baik. (Shinta/NHMC).